Sepi, jauh dari detak kehidupan
Tak ada kebenaran berpendar
Tak urung kau datang dan bersandar
Sekedar melepas dahaga yang menjalar
Kau tunjukkan magis yang merubah abu - abu
menjadi putih
Kau gambarkan bahwa dunia memiliki sejuta
warna yang dapat mengisi putih itu
Kau kabarkan bahwa hujan mampu sampaikan
rindu
Kau lukiskan tawa, kau kecam kesedihan
Kau usung harapan - harapan yang kau namai
dengan kata “kita”
Kemudian …
Kau pergi dan biarkan pintu itu terbuka
Belum sempat kau kunci
Belum sempat kau penuhi putihku dengan
warna yang kau miliki
Kau biarkan rindu itu mengambang
Kau biarkan harapan – harapanmu luput dari
pandangan
Sepertinya hujan kemarin telah menghapus
jejak yang kau pijakkan
Sehingga kau hilang arah untuk kembali
pulang
Atau mungkin …
Hanya delusiku yang membuatmu seakan hadir
“Oh wahai hati sang peneguh jiwa, kuatkan
akarmu tuk hadapi kalut kecamuk duniawi”