Selasa, 26 Maret 2019

Cintalah Yang Paling Ikhlas


Cintalah Yang Paling Ikhlas

Mulanya cinta terasa utuh
Aku dan-nya masih menjadi saling
Barangkali semesta menjadi cemburu
Pada aku dan-nya yang terus merindu
Kemudian cinta itu menipis
Direnggut takdir yang berkata inilah akhir
Aku dan-nya masih menjadi saling
Saling yang bukan cinta
Tapi bercerai berai
Memunggung satu sama lain
Sekuat hati berjuang untuk segera lalu dan pergi
Sekuat hati pula hendak kembali dan menyatu lagi
Barangkali masih ada cinta yang ingin kembali dibangkitkan
Tidak. Takdir sudah menarik garis akhir
Bukan pesoalan sebab musabab
Hamba mana yang kuasa menolak takdir
Menghentikannya sebelum terjadi saja tak mampu
Aku dan-nya masih menjadi saling
Saling mencinta namun tak lagi menyatu
Saling berdoa untuk kembali utuh
Walau bukan lagi aku dan-nya
Saling menjadi cinta untuk menemu cinta
Saling ikhlas dalam cinta
Memulangkan cinta pada yang lebih bermakna
Saling paham bahwa cintalah yang sanggup menerima
Yang datang lalu pergi
Yang iya lalu tidak
Hatilah yang paling tangguh
Yang mampu membentuk cinta yang paling ikhlas

Sabtu, 09 Maret 2019

Jodoh Beserta Pemersatunya


Jodoh Beserta Pemersatunya

Kamu adalah rahasia
Yang hendak dihadirkan sebagai karunia
Maka sebelum masanya
Kamu dibentuk agar serupa
Baik rasa dan percayanya
Kamu adalah rahasia
Yang dicipta sebagai pelaku cinta
Maka sebelum masanya
Kamu dihadiri oleh sosok yang singgah sementara
Memberi arti walau pada akhirnya kembali memulangkan cinta
Tak jarang kamu temui pula yang bersandiwara
Sampai kamu paham beda makna perlakuan mereka
Tak jarang pula kamu hadapi bencana
Menjadikanmu sosok yang lebih mampu bertahan dalam cinta
Kamu adalah rahasia
Yang dituntun menuju tokoh utama
Yang senantiasa berdoa layaknya kamu meminta
Untuk bergerak seirama
Dan merajut renjana nantinya
Kamu adalah rahasia
Yang pada masanya
Bertandang dengan maksud mulia
Mengetuk pintu sesama pelaku cinta
Ialah tokoh utama yang mendoakanmu pula
Tanpa ragu ataupun salah menduga
Karena punya rasa dan percaya yang sama


Sabtu, 02 Maret 2019


Gerbong Kereta Jatinegara - Jakarta

Aku memulangkanmu wahai musafir
Ternganga hendak menyapa
Namun jiwa koyak diributkan oleh “apa”
Saling pandang kemudian berpaling
Pada kaca jendela, refleksi dirimu hadir
Sepintas – Selintas
Berdiam berkilo – kilo meter jauhnya
Menggiring mentari yang terik hingga padam kemudian
Malam hujan,
Laju gerbong beriringan dengan rintik di luar
Menembus hujan dengan titik titik besar
Masih terdiam
Bencana yang membuatmu kikuk
Lantas aku menjelma sang tokoh putri dalam drama
Baru saja jiwa kita melunak
Di Jatinegara
Bermacam topik pembicaran terlontar
Saling berkelakar
Layaknya serbuan dengan tembakan bertubi - tubi
Aku memulangkanmu wahai musafir
Berhenti di ujung perjalanan gerbong kereta
Aku dan kamu lantas turun
Bermohon pamit
Melambai layaknya karib
Mengharap dipertemukan kembali
Oleh takdir baik

Rabu, 27 Februari 2019

Bebas Terbatas


Aku bebas, tapi terbatas
Manusia – manusia pribumi hilang jati diri
Dalam otak terselubung racun tanpa penawar
Mengusai seluruh teknik baik gerak maupun gerik
Salah yang terlanjur dianggap wajar
Wajar menjadikannya biasa
Yang biasa semakin membudaya
Pribumi tak lagi diisi makhluk makhluk lokal
Alien sebangsa sendiri yang mencampuri
Mencuci bersih dan meregenerasi
Generasi baru tak kenal masa lalu
Yang ditujunya adalah masa depan ambigu
Kelabu penuh abu – abu dan abu

Aku bebas, tapi terbatas
Segala tingkah pemenuh kehendak hati dipasung
Sedang pikiran telah jauh diatas awan
Lebih baik seperti itu kata Kartini
Tapi naluri ku tak penuh jika sekedar pikiran yang jauh
Raga juga ingin tualang
Menjemput bintang dibatas pergantian siang dan malam
Mengantar fajar ke ufuk timur di pagi yang menyejukkan
Bercanda tertawa bahagia bersama sanak saudara tanpa tali jalinan genotip
Diantara tawa lugu bocah tanpa bapak ibu
Mengenal orang baru yang lebih tahu aku
Mencecap masakan khas daerah singgah

Aku bebas, tapi terbatas

Cintalah Yang Paling Ikhlas

Cintalah Yang Paling Ikhlas Mulanya cinta terasa utuh Aku dan-nya masih menjadi saling Barangkali semesta menjadi cemburu Pada a...